“Budidaya ikan hias mas koki saat ini memiliki potensi pasar luar biasa. Harapannya nanti budidaya ikan hias tidak hanya menyasar ke Australia, Jepang dan Inggris saja, melainkan bisa ke Eropa bahkan Afrika,” kata Halim Iskandar.
Pernyataan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Halim Iskandar itu, diungkapkan saat menghadiri peresmian ekosistem desa ikan hias terintegrasi, pelepasan ekspor, dan kontes ikan mas koki nasional di Desa Wajak Lor, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Kegiatan yang bertema Tulungagung untuk Dunia tersebut diselenggarakan oleh Cah Angon Foundation. Tujuan acara itu untuk pelatihan, pendampingan, kurasi, penyiapan pasar hingga local champion hub.
Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Wajak Lor sendiri sebagian besar petani ikan hias. Ternak ikan hias sudah menjadi budidaya masyarakat Desa Wajak Lor sejak tahun 1980-an. Hampir 85 persen warga desa lebih memrioritaskan ikan mas koki untuk dibudidayakan karena nilainya yang menguntungkan. Karena ikan mas koki lebih mudah perawatannya dengan biaya yang tidak begitu besar.
Cah Angon Foundation melakukan pendampingan budidaya ikan mas koki di Desa Wajak Lor secara terorganisir dari hulu hingga hilir. Mulai dari proses breeding, pembesaran hingga tahap ekspor, semua dipersiapkan dengan matang. Bersama dengan Astra Internasional, Cah Angon Foundation mendampingi warga Desa Wajak Lor supaya lebih paham mengenai ekspor ikan hias.
Pangsa pasar ikan mas koki ini masih terbuka luas karena pangsanya bisa masuk di semua segmen. Ikan jenis ini bisa dipasarkan di pinggir jalan hingga kelas kontes bahkan merambah pasar dunia.
Sebenarnya permintaan dari luar negeri itu belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh petani ikan hias di Tulungagung. Oleh karenanya, Astra International dan Cah Angon Foundation fokus menggarap budidaya ikan hias mas koki di Desa Wajak Lor.
Seperti pernyataan Gatra Riyaldi Putra selaku Penanggung Jawab Acara dari Cah Angon Foundation yang mengatakan,
“Masyarakat mungkin sudah mengetahui bahwa Tulungagung merupakan produsen ikan hias mas koki. Namun tidak banyak yang tahu potensi ekspornya.”
Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi, ke depannya akan menggandeng desa-desa lain untuk menjadi ternak ikan mas koki.
Kelompok pembudidaya ikan mas koki Tulungagung mengadakan ekspor perdananya ke tiga negara yaitu Australia, Jepang dan Inggris. Nilai valuasi ekspor yang dihasilkan bisa mencapai Rp. 1,8 miliar per tiga bulan. Rencananya ke depan akan dilakukan ekspor berkelanjutan setiap tiga bulan sekali.
Pada ekspor perdana ini, para petani mengirimkan 30 ribu ikan mas koki dengan kualitas terbaik. Komoditas yang dikirimkan tersebut merupakan hasil budidaya masyarakat hasil pendampingan lintas sektor, mulai dari sejumlah kementerian terkait hingga pihak swasta.
Menurut Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Halim Iskandar, ekspor yang telah dilakukan menjadi bukti bahwa masyarakat desa mampu membudidayakan ikan mas koki dengan kualitas unggul. Di samping itu, dengan terbukanya pasar ekspor maka bisa dimanfaatkan dengan maksimal oleh para petani sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Ekspor ikan hias ini bukan tanpa kendala. Namun semua kendala bisa dikendalikan dengan cara kolaborasi antara petani, swasta dan lintas kementerian. Kolaborasi dilakukan untuk memenuhi pasar yang sudah ada dan meningkatkan kebutuhan ekspor dari 40.000 menjadi 50.000 hingga jumlah yang maksimal.
Dan untuk memproduksi ikan berkualitas ekspor tersebut, Cah Angon Foundation melakukan upaya pendampingan dari hulu hingga hilir selama setahun terakhir. Konsep pendampingan yang dilakukan kepada masyarakat Wajaklor adalah konsep yang terorganisir serta tertuju di ekosistem terintegrasi mulai dari ikan di breeding hingga pembesaran dan kemudian disalurkan ke market.
Dengan adanya pendampingan ini, diharapkan petani ikan hias di Desa Wajak Lor Tulungagung dan sekitarnya bisa terus tumbuh dan mengalami peningkatan mulai dari kuantitas, kualitas sampai pemanfaatan teknologi.
Sementara itu untuk memfasilitasi pendampingan bagi petani ikan mas koki, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Halim Iskandar juga meresmikan fasilitas local champion hub yang dinamakan Rumah Konsolidator UMKM Juara yang menghimpun para petani, peternak, pembudidaya maupun pengrajin melalui ekosistem yang terintegrasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Konsolidator UMKM Juara yaitu pemijahan, pembesaran, perizinan, penetrasi pasar ekspor, karantina serta kepastian pasar nasional dan internasional. Fasilitas ini diharapkan bisa jadi model percontohan bagi klaster perikanan lainnya.
Mengingat pangsa pasar ikan mas koki yang terbuka luas, masyarakat bisa memanfaatkannya sebagai peluang usaha. Karena jenis ikan ini banyak peminatnya. Selain bentuk tubuhnya yang lucu dan warnanya yang menarik, ikan mas koki juga terbilang mudah dirawat.
Nah, apakah ada sobat jalan jajan yang tertarik untuk membudidayakan ikan mas koki juga?
Have a nice day
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya...