Kenali Penyakit Pertusis Pada Anak

Batuk dan pilek merupakan penyakit yang paling sering menyerang anak-anak di lingkungan tropis seperti negara kita. Saking seringnya batuk dan pilek menjangkiti masyarakat, penyakit ini dianggap sudah biasa bagi sebagian orang. 
Padahal bila anak mengalami batuk berlebihan, kondisi tersebut bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan anak. Karena gejala batuk-batuk itu bisa jadi merupakan tanda dari penyakit lainnya. Seperti penyakit pertusis yang juga ditandai dengan batuk-batuk. 
Lalu sebenarnya apa pertusis itu?

Kenali Penyakit Pertusis Pada Anak

Pertusis Pada Anak

Pertusis merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini dapat menular melalui percikan udara saat penderita batuk atau bersin. Anak yang terkena pertusis biasanya tertular dari penderita pertusis yang lain dan belum pernah mendapatkan imunisasi yang lengkap.

Gejala Pertusis Pada Anak

Anak yang terserang pertusis biasanya mengalami sakit dalam jangka waktu 7 hari hingga 3 minggu setelah terkena infeksi. Gejala pertusis ini biasanya sering terasa lebih parah ketika malam hari. Gejala pertusis yang terjadi pada anak (terutama anak 6 bulan hingga 5 tahun) terbagi menjadi tiga stadium.

1. Stadium Kataral (1-2 Minggu)

Pada stadium kataral ini, keluhan yang dirasakan anak berupa batuk yang disertai demam. Biasanya nafsu makannya menurun hingga anak tidak mau makan. Gejala lainnya yaitu hidung berair.

2. Stadium Paraksismal (3-6 minggu)

Di stadium ini keluhan batuk makin berat. Saat anak makan atau sedang beraktivitas, timbul batuk paroksisma yaitu batuk sering dengan waktu singkat. Gejala lain yang timbul yaitu muntah, wajah anak menjadi merah, tampak kebiruan, pengeluaran air liur yang berlebihan, penurunan berat badan hingga anak mengalami susah bernapas.

3. Stadium Konvalesens (lebih dari 6 Minggu)

Gejala pertusis di stadium konvalesens ditunjukkan dengan batuk dan muntah yang makin berkurang. Kondisi anak terlihat lebih baik. Kondisi ini terjadi berulang-ulang selama beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang berulang.

Cara Merawat Anak Penderita Pertusis 

Setelah kita mengetahui gejala pertusis dalam berbagai stadium, kini mari kita bahas cara merawat anak penderita pertusis. Berikut ini cara yang dianjurkan oleh WHO untuk merawat penderita pertusis.
  1. Diberikan antibiotik sebanyak 4 kali sehari.
  2. Jika pada anak berusia 6 bulan ke atas tidak ditemukan tanda bahaya maka bisa dilakukan rawat jalan.
  3. Jika penderita masih bayi atau di bawah 6 bulan maka sebaiknya dirawat inap dan diisolasi selama 4 minggu.
  4. Segera bawa anak ke rumah sakit untuk dilakukan rawat inap ketika anak kehilangan napas atau muka pucat/kebiruan, kejang, dehidrasi, pneumonia dan menderita gangguan gizi.

Pencegahan Pertusis pada Anak 

Lebih baik kita mencegah datangnya penyakit daripada mengobatinya, bukan? Untuk mencegah anak terjangkit pertusis ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua.

1. Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) merupakan salah satu cara mencegah pertusis. Pemberian vaksin DPT sebaiknya paling cepat pada saat bayi berusia 6 minggu. 

Dampak pemberian vaksin DPT ada yang membuat anak menjadi demam, kemerahan, bengkak di daerah bekas suntikan, dan rewel setelah penyuntikan. Efek samping ini biasanya hilang dalam 2 hari. 

Tindakan yang dapat dilakukan ketika timbul bengkak pada lokasi bekas suntikan yaitu dengan cara memberi kompres dingin. Jika anak demam dapat diberikan Paracetamol dan perbanyak pemberian ASI pada anak yang masih menyusui.

2. Pemberian antibiotik profilaksis (pencegahan) untuk anak yang kontak erat dengan penderita pertusis.

Kenali Komplikasi Pertusis 

Komplikasi yang sering terjadi pada anak penderita pertusis terutama bayi, adalah pneumonia. Jika tidak diobati dengan baik, pertusis dapat menyebabkan kerusakan otak (ensefalopati), gangguan nutrisi, dan kejang.

Mengenal pertusis, gejala, cara merawat dan pencegahan pertusis pada anak, diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua. Dengan bertambahnya wawasan orang tua terhadap penyakit batuk yang menyerang anak, mereka bisa melakukan pencegahan secara optimal. Orang tua harus tetap waspada dan tidak menyepelekan penyakit batuk pada anak karena bisa jadi kondisi itu merupakan tanda dari penyakit lain yang lebih berbahaya.

Sumber: Aji Prihaningtyas, Rendi. 2014. 30 Penyakit yang Sering Menyerang Anak. Yogyakarta: Media Pressindo

Posting Komentar

0 Komentar